Kamis, 29 Januari 2009

software

Perangkat lunak bebas (Inggris: free software) adalah istilah yang diciptakan oleh Richard Stallman dan Free Software Foundation [1] yang mengacu kepada perangkat lunak yang bebas untuk digunakan, dipelajari dan diubah serta dapat disalin dengan atau tanpa modifikasi, atau dengan beberapa keharusan untuk memastikan bahwa kebebasan yang sama tetap dapat dinikmati oleh pengguna-pengguna berikutnya. Bebas di sini juga berarti dalam menggunakan, mempelajari, mengubah, menyalin atau menjual sebuah perangkat lunak, seseorang tidak perlu meminta ijin dari siapa pun. Untuk menjadikan sebuah perangkat lunak sebagai perangkat lunak bebas, perangkat lunak tersebut harus memiliki sebuah lisensi, atau berada dalam domain publik dan menyediakan akses ke kode sumbernya bagi setiap orang. Gerakan perangkat lunak bebas (free software movement) yang merintis perangkat lunak bebas berawal pada tahun 1983, bertujuan untuk memberikan kebebasan ini dapat dinikmati oleh setiap pengguna komputer. Dengan konsep kebebasan ini, setiap orang bebas untuk menjual perangkat lunak bebas, menggunakannya secara komersial dan mengambil untung dari distribusi dan modifikasi kode sumbernya. Walaupun demikian setiap orang yang memiliki salinan dari sebuah perangkat lunak bebas dapat pula menyebarluaskan perangkat lunak bebas tersebut secara gratis. Model bisnis dari perangkat lunak bebas biasanya terletak pada nilai tambah seperti dukungan, pelatihan, kustomisasi, integrasi atau sertifikasi. Perangkat lunak bebas (free software) jangan disalahartikan dengan perangkat lunak gratis (freeware) yaitu perangkat lunak yang digunakan secara gratis. Perangkat lunak gratis dapat berupa perangkat lunak bebas atau perangkat lunak tak bebas. Sejak akhir tahun 1990-an, beberapa alternatif istilah untuk perangkat lunak bebas digulirkan seperti "perangkat lunak sumber terbuka" (open-source software), "software libre", "FLOSS", dan "FOSS". Dewasa ini umumnya perangkat lunak bebas tersedia secara gratis dan dibangun/dikembangkan oleh suatu paguyuban terbuka. Anggota-anggota paguyuban tersebut umumnya bersifat sukarela tetapi dapat juga merupakan karyawan suatu perusahaan yang memang dibayar untuk membantu pengembangan perangkat lunak tersebut.
Perangkat lunak bebas (Inggris: free software) adalah istilah yang diciptakan oleh Richard Stallman dan Free Software Foundation [1] yang mengacu kepada perangkat lunak yang bebas untuk digunakan, dipelajari dan diubah serta dapat disalin dengan atau tanpa modifikasi, atau dengan beberapa keharusan untuk memastikan bahwa kebebasan yang sama tetap dapat dinikmati oleh pengguna-pengguna berikutnya. Bebas di sini juga berarti dalam menggunakan, mempelajari, mengubah, menyalin atau menjual sebuah perangkat lunak, seseorang tidak perlu meminta ijin dari siapa pun. Untuk menjadikan sebuah perangkat lunak sebagai perangkat lunak bebas, perangkat lunak tersebut harus memiliki sebuah lisensi, atau berada dalam domain publik dan menyediakan akses ke kode sumbernya bagi setiap orang. Gerakan perangkat lunak bebas (free software movement) yang merintis perangkat lunak bebas berawal pada tahun 1983, bertujuan untuk memberikan kebebasan ini dapat dinikmati oleh setiap pengguna komputer. Dengan konsep kebebasan ini, setiap orang bebas untuk menjual perangkat lunak bebas, menggunakannya secara komersial dan mengambil untung dari distribusi dan modifikasi kode sumbernya. Walaupun demikian setiap orang yang memiliki salinan dari sebuah perangkat lunak bebas dapat pula menyebarluaskan perangkat lunak bebas tersebut secara gratis. Model bisnis dari perangkat lunak bebas biasanya terletak pada nilai tambah seperti dukungan, pelatihan, kustomisasi, integrasi atau sertifikasi. Perangkat lunak bebas (free software) jangan disalahartikan dengan perangkat lunak gratis (freeware) yaitu perangkat lunak yang digunakan secara gratis. Perangkat lunak gratis dapat berupa perangkat lunak bebas atau perangkat lunak tak bebas. Sejak akhir tahun 1990-an, beberapa alternatif istilah untuk perangkat lunak bebas digulirkan seperti "perangkat lunak sumber terbuka" (open-source software), "software libre", "FLOSS", dan "FOSS". Dewasa ini umumnya perangkat lunak bebas tersedia secara gratis dan dibangun/dikembangkan oleh suatu paguyuban terbuka. Anggota-anggota paguyuban tersebut umumnya bersifat sukarela tetapi dapat juga merupakan karyawan suatu perusahaan yang memang dibayar untuk membantu pengembangan perangkat lunak tersebut.

Rabu, 28 Januari 2009

Pengaruh tingkat kecerdasan terhadap sperma pria

KONON, tingkat kecerdasan seorang pria bisa diukur dari kualitas spermanya. Benarkah?

Benar jika mengacu pada teori "fitness factor". Dalam teori tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, misalnya rasio antara lingkar pinggang dan paha, yang mengisyaratkan bahwa seseorang memiliki gen yang bagus dan akan memberikan keturunan yang juga baik.

Namun sering waktu, kini bermunculan pendapat berbeda yang ingin membuktikan kebenaran teori tersebut. Adalah seorang penulis bernama Rosalind Arden dari King's College, London.

"Saya menganalisa hubungan antara sperma dan kecerdasan. Sebab, saya pikir jika kita serius terhadap gagasan fitness factor, kemudian walaupun dua hal tersebut tidak berhubungan, sifatnya bisa jadi saling berkorelasi," kata Arden, seperti dikutip MSNBC, Rabu (28/1/2009).

Gagasan terbesar dari fitness factor, kecantikan, kesehatan, kecerdasan, kepribadian merupakan hasil dari kesungguhan diri dalam melakukan fitness. Dengan kata lain, satu atau sejumlah besar gen yang dilatih lewat fitness, seperti body symmetry, sedikit banyak juga memengaruhi kualitas sperma.

Untuk menguji hal tersebut, sebuah penelitian berjudul "Vietnam Experience Study" pun dilakukan pemerintah Amerika kepada para veteran perang Vietnam. Beberapa pria diambil contoh semen spermanya. Selanjutnya, Arden dan para koleganya meneliti data-data yang ada untuk mengaitkan tingkat intelejensia (IQ) dengan semen. Hasilnya, ada sedikit hubungan antara tingginya tingkat IQ dengan kualitas semen yang lebih baik.

Jadi, pria cerdas cenderung memiliki sperma berkualitas baik. Hubungan antara tingkat IQ dengan kualitas sperma bukanlah hubungan sebab akibat. Sebab faktanya, tingkat IQ tidak bisa mendorong seorang pria bisa melakukan atau menjadikan mereka lebih baik, apakah itu sperma yang lebih sehat maupun lebih agresif.

Terlepas dari hasil riset tersebut, disarankan bagi para pria untuk mendapatkan sperma yang sehat; konsumsilah multivitamin harian, seperti selenium, zinc, dan folic acid, sebuah nutrisi yang penting dalam menjaga fungsi sperma tetap baik. Jangan lupa juga olahraga teratur dan menjaga berat badan dengan latihan beban. Merokok, minum alkohol, stres, dan mengonsumsi steroid dapat merusak kualitas sperma.

Sementara itu, Douglas Detterman, profesor psikologi di Case Western Reverse University dan editor jurnal Intelligence menambahkan, sebab akibat memang masih diperdebatkan. Gen mempengaruhi kecerdasan dan sejumlah penelitian telah berhasil menghubungkan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dengan kesehatan yang lebih baik. Sebagai contoh, pria dengan IQ lebih tinggi memiliki sedikit risiko terhadap risiko serangan jantung koroner. Namun, tak ada seorang pun tahu mengapa hal ini terjadi.

"Ada banyak spekulasi. Mungkin saja orang dengan IQ rendah tidak menerima perawatan yang cukup baik untuk dirinya akibat kemiskinan. Menghubungkan semua faktor-faktor tersebut memang sangat rumit," kata Detterman.

Minggu, 04 Januari 2009

Start Think Or Die

Banyak syndrom yang menggoda manusia untuk selalu melakukan perubahan..sedangkan apa yang seharusya kita kerjakan menjadi terbengkalai, sesungguhnya lebih baik melakukan apa yang kita bisa dan seharusnya kita kerjakan dibanding harus mengerti apa yang kita tidak kuasai. dan sekarang mulailah berfikir karena kita akan kehilangan kesempatan setiap kita berhenti berfikir